Sudah lima tahun sejak Microsoft merilis Xbox Series X dan S, dua konsol yang dulu digadang-gadang akan membuka babak baru dunia gaming. Tapi kini, banyak gamer bertanya-tanya: masihkah Xbox relevan?
Dari Harapan Besar ke Realita Pahit
Ketika Xbox Series X dan S meluncur pada 2020, harapan terhadapnya begitu tinggi. Microsoft tampak belajar dari kesalahan Xbox One, membeli banyak studio game besar, dan menghadirkan layanan Game Pass yang menjanjikan pengalaman “Netflix untuk game”.
Namun, sejak awal rilis, konsol ini tidak memiliki game eksklusif besar. Game seperti Halo Infinite bahkan tertunda dan akhirnya tidak memenuhi ekspektasi.
Lima tahun kemudian, banyak hal berubah. Game Pass kini lebih mahal, harga konsol naik, dan Microsoft bahkan merilis beberapa game unggulan mereka di PlayStation 5. Belum lagi kontroversi politik dan gelombang PHK di divisi gaming perusahaan ini yang membuat citra Xbox semakin suram.
Xbox Series X: Kuat, Tapi Kehilangan Arah
Secara teknis, Xbox Series X masih konsol yang tangguh. Dengan prosesor AMD 8-core, dukungan ray tracing, dan SSD 1TB, performanya masih mumpuni untuk sebagian besar gamer. Namun, banyak yang merasa belum ada game yang benar-benar menunjukkan kemampuan maksimal konsol ini.
Microsoft sendiri tampak mulai meninggalkan konsep “konsol eksklusif”. Kini, fokus mereka bergeser ke model langganan Game Pass dan layanan cloud gaming yang bisa dimainkan di mana saja. Filosofi ini mengaburkan batas antara konsol dan PC, membuat Xbox lebih mirip layanan digital ketimbang produk fisik.
Krisis Identitas Xbox
Bagi banyak penggemar lama, Xbox dulu adalah simbol inovasi dan pengalaman bermain bersama. Namun, setelah studio ikonik seperti Rare dan Lionhead memudar, dan seri legendaris seperti Halo kehilangan daya tarik, semangat itu seolah ikut menghilang.
Microsoft memang masih memiliki kekuatan finansial besar, tapi hubungan emosional gamer dengan merek Xbox tampak kian menipis. Banyak yang mulai melihat Xbox bukan lagi sebagai pesaing PlayStation, melainkan sekadar penerbit game seperti EA atau Ubisoft.
Game Pass: Kartu As yang Kini Mahal
Game Pass dulunya adalah alasan utama untuk tetap bersama Xbox. Dengan satu biaya langganan, gamer bisa memainkan ratusan game, termasuk rilisan baru. Tapi kini, biaya paket “Ultimate” naik hingga 30 dolar per bulan jika ingin akses ke game AAA seperti Call of Duty saat hari peluncuran.
Kenaikan ini menimbulkan pertanyaan: apakah Xbox masih “the best deal in gaming”?
Arah Baru: Xbox Tanpa Batas
Melihat tren industri, Microsoft tampaknya sedang mempersiapkan arah baru. Proyek “Magnus” yang bocor disebut-sebut akan menjadi konsol premium dengan performa setara PC gaming kelas atas. Harganya bisa mencapai 1.000 dolar, menyasar gamer yang menginginkan pengalaman terbaik.
Namun, banyak analis menilai Xbox kini lebih fokus menjadi “penerbit super” ketimbang pembuat konsol. Tujuan jangka panjangnya bukan lagi menjual perangkat, melainkan membangun ekosistem Game Pass hingga mencapai 100 juta pelanggan di tahun 2030.
Masa Depan: Apakah Xbox Masih Diperlukan?
Persaingan konsol kini berubah arah. PlayStation juga mulai membuka eksklusifnya ke PC, sementara Nintendo tetap sukses dengan pendekatan tradisionalnya. Microsoft harus mencari alasan baru agar gamer tetap peduli dengan Xbox, entah lewat fitur unik, pengalaman bermain lintas perangkat, atau strategi langganan yang lebih menarik.
Xbox pernah menjadi simbol revolusi game di ruang tamu. Kini, tantangannya adalah membuktikan bahwa ia masih punya tempat di masa depan industri yang serba digital ini.

