Amazon Fire Stick Dituding Jadi Sarang Pembajakan Hiburan Streaming

Perangkat Amazon Fire Stick dituding sebagai salah satu penyebab utama maraknya pembajakan streaming yang menyebabkan kerugian bernilai miliaran dolar. Pembajakan ini semakin mengkhawatirkan, terutama untuk siaran langsung seperti pertandingan olahraga, dan dinilai mengancam keberlanjutan industri hak siar global.

Sebuah laporan riset terbaru menyoroti lemahnya teknologi perlindungan konten digital (DRM) dari perusahaan-perusahaan besar seperti Google dan Microsoft. Teknologi yang seharusnya melindungi hak cipta tersebut kini dinilai sudah usang dan tidak mampu lagi menghadapi metode pembajakan modern. Selain itu, iklan di media sosial seperti Facebook yang mengarahkan pengguna ke situs streaming ilegal turut memperparah situasi.

Fire Stick disebut sebagai perangkat yang sering dimodifikasi (jailbreak) untuk menjalankan aplikasi ilegal. Banyak pengguna yang tertipu karena mengira perangkat bermerek seperti Amazon aman digunakan, padahal justru membuka peluang bagi kelompok kriminal untuk mencuri data pribadi seperti informasi kartu kredit dan email.

Kasus pembajakan menggunakan Fire Stick juga telah memicu tindakan hukum di Inggris. Pada November 2024, seorang pria dijatuhi hukuman lebih dari tiga tahun penjara karena meretas perangkat ini. Sebelumnya, seorang pelaku lain juga dijatuhi hukuman percobaan dua tahun setelah ditemukan menyimpan Fire Stick bajakan di rumahnya. Namun, di Amerika Serikat, penegakan hukum terhadap kasus serupa belum terdengar seintensif di Eropa.

Amazon dalam keterangannya menyatakan tidak mentoleransi penggunaan konten bajakan. Perusahaan tersebut mengaku bekerja sama dengan pihak berwenang untuk membongkar jaringan pembajakan dan melindungi konsumen dari risiko keamanan. Amazon juga melarang aplikasi di Appstore-nya yang melanggar hak kekayaan intelektual dan mengingatkan pengguna akan bahaya aplikasi dari sumber tidak dikenal.

Selain Amazon, teknologi DRM dari Google dan Microsoft juga menjadi sorotan. Sistem perlindungan seperti Widevine dan PlayReady dinilai telah mengalami penurunan efektivitas karena kurangnya pembaruan. Kondisi ini dimanfaatkan oleh pembajak untuk menyebarkan konten ilegal secara masif, terutama saat berlangsungnya acara-acara besar seperti pertandingan sepak bola.

Sementara itu, beberapa negara di Eropa mulai mengambil langkah hukum terhadap pembajakan digital. Di Italia, pengadilan memerintahkan Google untuk memblokir situs bajakan melalui DNS publik. Prancis juga menginstruksikan lima penyedia layanan VPN untuk memblokir akses ke situs streaming olahraga ilegal—meskipun langkah ini menuai kritik dari komunitas keamanan digital.

Maraknya pembajakan menjadi tantangan serius di era digital, terutama karena banyaknya layanan streaming yang memecah hak siar menjadi beberapa platform. Kondisi ini membuat sebagian penonton kesulitan mengikuti tim atau acara favorit mereka tanpa harus berlangganan ke banyak layanan sekaligus. Akibatnya, sebagian memilih jalur ilegal.

Pemerhati keamanan digital menilai bahwa tanpa upaya serius dari penyedia teknologi dan lembaga hukum, pembajakan akan terus tumbuh, bahkan bisa mendorong naiknya harga langganan bagi pengguna yang sah.