Ray-Ban Meta Gen 2 hadir sebagai langkah berani Meta untuk membawa perangkat wearable ke level berikutnya. Dengan desain elegan, kamera 12 MP beresolusi 3K, kemampuan merekam video slow motion, hingga fitur asisten AI bawaan, kacamata pintar ini terlihat seperti masa depan komputasi personal. Namun pertanyaannya, apakah perangkat ini cukup kuat untuk menggantikan smartphone dalam waktu dekat?
Kecanggihan Teknologi, Tapi Belum Mandiri
Dari sisi hardware, Ray-Ban Meta Gen 2 menunjukkan kemajuan besar dibanding generasi sebelumnya. Kamera yang tajam, daya tahan baterai hingga delapan jam, serta kemampuan menerima panggilan dan mendengarkan musik membuatnya terasa seperti mini smartphone yang menempel di wajah. Namun, semua kecanggihannya tetap bergantung pada koneksi ke ponsel dan aplikasi Meta AI.
Tanpa ponsel, pengguna tak bisa memanfaatkan sepenuhnya fitur utama seperti penyimpanan media, navigasi, atau koneksi data. Ini artinya, perangkat ini lebih cocok disebut sebagai “pendamping smartphone” ketimbang pengganti.
AI Sebagai Daya Tarik dan Titik Lemah
Asisten AI di kacamata ini mampu memberikan petunjuk arah, menerjemahkan bahasa secara real-time, hingga mengidentifikasi objek di sekitar pengguna. Secara konsep, ini luar biasa. Namun dalam praktik, interaksi suara masih terasa kaku dan belum alami. Pengguna perlu berbicara keras dengan perintah seperti “Hey Meta,” yang justru menimbulkan rasa canggung di ruang publik.
Lebih buruk lagi, pengalaman menggunakan aplikasi pendukung Meta AI terasa kurang menyenangkan karena kehadiran fitur “Vibes” yang menampilkan konten video buatan AI berkualitas rendah. Ini menunjukkan bahwa ekosistem perangkat lunak Meta belum cukup matang untuk menciptakan pengalaman yang benar-benar mulus seperti di smartphone.
Privasi Masih Jadi Penghalang Utama
Masalah privasi adalah hambatan terbesar bagi kacamata pintar untuk diterima luas. Kemampuan merekam tanpa terlihat jelas membuat banyak orang waspada. Ketika teknologi bisa digunakan tanpa persetujuan orang di sekitar, muncul rasa tidak nyaman dan bahkan penolakan sosial. Ini situasi yang mirip dengan kegagalan Google Glass beberapa tahun lalu.
Masih Jauh dari Pengganti Smartphone
Secara teknologi, Ray-Ban Meta Gen 2 adalah perangkat wearable paling canggih yang pernah dibuat Meta. Namun, untuk menggantikan smartphone, masih banyak hal yang harus diperbaiki: interaksi AI yang belum natural, ketergantungan pada ponsel, keterbatasan aplikasi, dan masalah privasi yang belum terselesaikan.
Kacamata pintar seperti ini baru berada di tahap awal evolusi. Dalam lima hingga tujuh tahun ke depan, jika Meta berhasil memadukan tampilan augmented reality yang intuitif, AI yang benar-benar kontekstual, dan sistem privasi yang transparan, maka baru bisa kita bicarakan era pasca-smartphone. Untuk saat ini, Ray-Ban Meta Gen 2 masih sekadar aksesori futuristik, bukan revolusi digital pengganti ponsel.

