Death Stranding 2: On the Beach, Petualangan Sequel yang Lebih Personal dan Menakjubkan

Setelah menunggu lama, Death Stranding 2: On the Beach akhirnya hadir dan berhasil memukau para gamer dengan petualangan yang lebih emosional, pemandangan yang memanjakan mata, serta tetap mempertahankan ciri khas game pertamanya, yaitu eksplorasi dan mengantar paket di dunia pasca-apokaliptik.

Hideo Kojima, lewat Kojima Productions, membuktikan lagi bahwa mereka adalah studio yang unik dan berani tampil beda. Di game ini, kita kembali mengikuti perjalanan Sam Porter Bridges, si pengantar legendaris, yang kini hidup tenang bersama Lou. Namun, hidup damai itu tak berlangsung lama. Fragile, rekan Sam, datang membawa misi baru: menghubungkan Meksiko ke jaringan Chiral Network demi menyatukan kembali dunia yang hancur.

Uniknya, saat jaringan ini tersambung ke Meksiko, portal menuju Australia terbuka, dan petualangan Sam pun berlanjut ke negeri Kanguru bersama kru kapal DHV Magellan. Misi mereka sederhana tapi penuh tantangan: membuka lebih banyak portal demi mengatasi peristiwa Death Stranding yang memecah-belah dunia.

Meski di awal banyak yang menduga sekuel ini akan jadi game aksi penuh ledakan berkat trailer-trailer yang seru, ternyata Kojima tetap setia dengan gameplay utama: menjelajah dan mengantar barang. Tapi jangan salah, aksi di Death Stranding 2 jauh lebih baik dari seri pertama, ditambah peningkatan grafis yang luar biasa hingga disebut-sebut sebagai game dengan visual terbaik saat ini.

Cerita Lebih Dalam, Karakter Lebih Hidup

Death Stranding 2 bukan cuma soal grafis atau gameplay, tapi juga cerita yang lebih personal untuk Sam. Kali ini, kita lebih dekat dengan sisi emosional sang tokoh utama, dibalut akting terbaik Norman Reedus sejauh ini.

Karakter-karakter baru seperti Tarman, Tomorrow, Rainy, dan Dollman memberi warna baru. Bahkan Dollman, karakter berbentuk boneka yang terus menemani Sam, berhasil mencuri perhatian berkat dialog dan ceritanya yang menyentuh, meski awalnya sempat diragukan.

Sisi antagonis juga lebih seru, dengan kembalinya Higgs yang makin haus balas dendam, serta kemunculan Neil yang misterius. Meskipun porsi Neil tergolong sedikit, penampilan aktor Luca Marinelli sukses membuat pemain ikut larut dalam kisah emosionalnya.

Perbaikan di Berbagai Sisi

Bukan sekadar cerita, gameplay Death Stranding 2 juga mendapat sentuhan baru. Ada sistem cuaca ekstrem seperti badai pasir dan gempa bumi yang menambah tantangan. Sistem Strand multiplayer asinkron tetap jadi andalan, memungkinkan pemain lain meninggalkan bangunan atau alat yang bisa membantu di duniamu.

Soundtrack? Tidak kalah keren. Komposer Woodkid berhasil menghadirkan musik yang tak kalah kuat dari Low Roar di game pertama. Bahkan, pemain bisa memutar musik favorit saat menjelajah, meski sebagian memilih menikmati musik hanya di momen-momen yang memang sudah diatur game, biar lebih terasa magis.

Visual Tingkat Dewa, Tapi Masih Ada Kekurangan

Secara visual, Death Stranding 2 disebut-sebut sebagai game tercantik yang pernah ada, dengan pemandangan gunung bersalju, langit biru, dan detail karakter yang luar biasa. Engine Decima benar-benar dimaksimalkan di sini, baik di PS5 Pro maupun PS5 Slim.

Namun, masih ada catatan di sisi teknis, seperti bug audio yang sempat membuat musik hilang saat pertarungan final, meski ini tergolong minor. Sisi aksesibilitas juga masih minim, tak banyak opsi untuk pemain dengan kebutuhan khusus.

Death Stranding 2: On the Beach adalah contoh nyata bagaimana membuat sekuel yang tidak melupakan jati diri game sebelumnya, tapi tetap berani berkembang. Eksplorasi tetap jadi fokus utama, aksi dibuat lebih seru, karakter lebih hidup, dan dunia yang ditawarkan benar-benar memanjakan mata.