Demon Slayer: Infinity Castle Lebih Cocok Jadi Anime Season

Demon Slayer: Infinity Castle kembali mencetak rekor di box office dengan total pendapatan lebih dari $104 juta (sekitar Rp.1,6 triliun) hanya dalam sembilan hari. Film ini sukses besar secara komersial, memikat para penggemar dengan animasi yang memukau, pertarungan epik, dan kisah emosional yang mendalam. Namun, kesuksesan finansial ini tidak sepenuhnya menutupi masalah terbesar film ini: ritme cerita yang terasa kurang pas untuk format layar lebar.

Sebagai adaptasi dari bab 140–156 manga Demon SlayerInfinity Castle menghadirkan pertempuran besar, karakter-karakter yang terpisah dalam kelompok, serta kilas balik yang menggali masa lalu mereka. Semua elemen ini sebenarnya menjadi kekuatan utama serial Demon Slayer di manga dan anime. Tetapi di layar lebar, ritme cerita yang terputus-putus justru membuat pengalaman menonton terasa seperti mengendarai mobil sport yang harus berhenti setiap beberapa menit karena mesinnya panas. Bukannya menambah ketegangan, jeda ini justru menimbulkan rasa frustrasi.

Perbandingan dengan Mugen Train terasa tak terelakkan. Arc tersebut jauh lebih ringkas dan fokus, membuatnya cocok dijadikan film berdurasi dua jam. Sementara Infinity Castle terasa lebih seperti potongan dari sebuah season anime yang dipaksakan menjadi film. Meski babak kedua film ini—terutama pertarungan Tanjiro dan Giyu melawan Akaza—memberikan pengalaman sinematik yang lebih solid, tetap saja klimaksnya tidak tuntas karena pertempuran akan berlanjut di film berikutnya.

Opini pribadi: keputusan menjadikan Final Battle Arc sebagai tiga film jelas langkah cerdas secara bisnis, namun bagi penonton yang sudah membaca manga, film ini terasa seperti adaptasi yang terlalu panjang. Format anime season kemungkinan akan memberi ruang lebih untuk setiap karakter dan membuat ritme cerita lebih alami. Meski begitu, respon emosional dari penonton baru membuktikan bahwa Demon Slayer masih mampu menyentuh hati dan menghadirkan tontonan yang layak dinikmati di layar lebar.

Dengan rating 98% di Rotten Tomatoes dan dukungan masif dari Gen Z dan Gen Alpha, Infinity Castle membuka mata Hollywood bahwa anime bukan lagi tontonan niche, tetapi kategori film yang bisa mendominasi box office. Jika tren ini berlanjut, bukan tidak mungkin kita akan melihat lebih banyak anime besar tayang di bioskop dengan skala yang sama.

Demon Slayer: Infinity Castle adalah tontonan wajib bagi penggemar anime, terutama mereka yang ingin melihat animasi kelas dunia di layar lebar. Namun, bagi penonton yang menginginkan cerita yang mengalir mulus, format serial mungkin tetap menjadi cara terbaik menikmati kisah epik ini.

Judul AsliGekijô-ban Kimetsu no Yaiba Mugen Jô-hen
Judul InternasionalDemon Slayer: Kimetsu no Yaiba – Infinity Castle
Tahun Rilis2025
Rating Usia15+
Durasi2 jam 35 menit (155 menit)
GenreAdult Animation, Anime, Dark Fantasy, Hand-Drawn Animation, Shōnen, Supernatural Fantasy, Sword & Sorcery, Action, Adventure
SinopsisTanjiro dan para Hashira terjebak di Infinity Castle, menghadapi para Iblis Peringkat Atas dalam pertempuran terakhir melawan Muzan Kibutsuji.
SutradaraHaruo Sotozaki, Hikaru Kondô
PenulisKoyoharu Gotouge, Hikaru Kondô
Pengisi Suara UtamaNatsuki Hanae (Tanjiro Kamado), Akari Kitô (Nezuko), Yoshitsugu Matsuoka (Inosuke), Aleks Le (Zenitsu – versi Inggris), Akira Ishida (Akaza), Kana Hanazawa (Mitsuri), Saori Hayami (Shinobu), Katsuyuki Konishi (Tengen Uzui)
Lokasi ProduksiShinjuku, Tokyo, Jepang (Studio)
Perusahaan ProduksiAniplex, Crunchyroll, Shueisha
BahasaJepang
Tanggal Rilis12 September 2025 (UK)
Pendapatan Hari Pertama (Jepang)¥1,64 miliar (±Rp171,9 miliar) – rekor pendapatan hari pertama tertinggi di Jepang
Pendapatan Akhir Pekan Pembukaan (AS & Kanada)$70.611.098 (±Rp1,09 triliun)
Total Pendapatan AS & Kanada$104.730.034 (±Rp1,62 triliun)
Pendapatan Global$555.000.000 (±Rp8,6 triliun)
Skor IMDb8,6/10
Skor Metacritic69
Format AudioDolby Atmos, Dolby Digital
Rasio Layar1.85 : 1
TriviaFilm ini memecahkan rekor box office Jepang dengan pendapatan hari pertama tertinggi sepanjang sejarah.
Kesan PenontonVisual luar biasa, koreografi pertarungan epik, musik emosional, namun pacing sedikit terganggu oleh flashback yang panjang.