Film animasi asal Tiongkok berjudul Nobody tengah menjadi perbincangan hangat. Hanya dalam 20 hari penayangan, film ini sudah mengumpulkan lebih dari 1,1 miliar yuan atau sekitar 153 juta dolar AS menurut data Maoyan. Banyak yang menyebutnya sebagai Ne Zha 2 musim panas ini, karena sama-sama terinspirasi dari karya klasik sastra Tiongkok.
Film Nobody mengangkat kisah Journey to the West, namun dengan sudut pandang yang berbeda. Alih-alih mengikuti perjalanan Tang Sanzang dan Sun Wukong, cerita dibawakan dari perspektif empat siluman kecil: babi hutan, katak, musang, dan gorila. Pemimpin kelompok ini adalah siluman babi hutan yang digambarkan optimis meski hidup penuh keterbatasan.
Daya tarik Nobody bukan hanya karena alur ceritanya, melainkan juga karena keberhasilannya menggabungkan tradisi dan modernitas. Film ini memuat nilai-nilai Konfusianisme seperti pengorbanan, kesadaran diri, dan hidup untuk orang lain, namun disajikan dengan bahasa yang relevan bagi generasi sekarang. Ditambah lagi, gaya visualnya terinspirasi dari lukisan tinta khas Tiongkok yang menampilkan nuansa asap cerobong dan cahaya matahari yang lembut.
Kekuatan utama film ini justru terletak pada kedekatan emosionalnya dengan penonton. Banyak yang mengaku masuk bioskop sambil tertawa namun pulang dengan mata berkaca-kaca. Siluman babi hutan yang gagal ujian karena tak punya koneksi, atau siluman katak yang dipecat dari pekerjaannya karena kesalahan kecil, terasa sangat mirip dengan realitas sosial yang dialami banyak orang. Tidak ada “pahlawan legendaris” yang datang menolong, para tokohnya hanya bisa mengandalkan diri sendiri. Itulah yang membuat kisah mereka begitu membumi.
Produser film ini, Shanghai Animation Film Studio, memang bukan nama baru. Berdiri sejak 1957, studio ini pernah menghasilkan karya klasik seperti Havoc in Heaven, Nezha Conquers the Dragon King, dan Lotus Lantern. Dalam Nobody, studio kembali menghidupkan nuansa animasi 2D klasik yang membangkitkan nostalgia penonton lintas generasi.
Keberhasilan Nobody membuktikan bahwa menggali khazanah budaya tradisional Tiongkok, lalu mengemasnya dengan sentuhan modern, adalah formula jitu di industri hiburan. Lebih dari sekadar tontonan, film ini menghadirkan pesan yang relevan: setiap orang bisa menjadi pahlawan dalam hidupnya sendiri, meski tanpa kekuatan luar biasa.