Rilis beta publik iOS 26 telah membuat sejumlah penggalang dana politik di Amerika Serikat — terutama dari Partai Republik — dilanda kepanikan. Penyebabnya adalah fitur baru pada aplikasi Messages, yang secara otomatis memisahkan pesan dari pengirim tak dikenal ke tab khusus “Unknown Senders” dan tidak menampilkan notifikasi untuk pesan-pesan tersebut.
Fitur ini bersifat opt-in, artinya hanya aktif jika pengguna memilihnya. Namun, tetap saja, dampak potensialnya cukup besar. Dalam sebuah memo internal yang bocor ke publik, Komite Senator Republik Nasional (NRSC) menyebut fitur ini bisa membuat mereka kehilangan lebih dari US$25 juta dalam potensi penggalangan dana. Bahkan secara luas, NRSC memperkirakan kerugian total di kalangan Republik bisa mencapai US$500 juta, mengingat bahwa sekitar 70% donasi kecil biasanya dilakukan lewat pesan teks, dan iPhone menguasai sekitar 60% pasar ponsel di AS.
NRSC mengklaim bahwa bukan hanya pesan promosi, tapi juga pesan penting seperti ajakan memilih (get-out-the-vote), informasi pemilu, dan kampanye persuasi pemilih bisa terdampak. Karena pesan dikategorikan sebagai dari “pengirim tak dikenal”, pemilih tidak akan mendapatkan notifikasi, sehingga kemungkinan besar tidak akan membuka pesan tersebut.
Namun, Apple tidak mengategorikan pesan-pesan ini sebagai spam, hanya mengatur agar masuk ke folder “Unknown Senders” — yang memang dirancang untuk membatasi gangguan dari pengirim yang tidak tersimpan dalam kontak pengguna.
Dari sudut pandang pengguna, fitur ini sangat bermanfaat. Banyak pengguna merasa terganggu dengan pesan teks massal, baik dari partai politik maupun brand komersial. Kini, mereka bisa memilah mana pesan dari kontak pribadi dan mana yang datang dari pihak luar tanpa harus merasa dibombardir notifikasi.
Di satu sisi, kekhawatiran NRSC cukup masuk akal, terutama jika mempertimbangkan kecepatan dan keterjangkauan SMS sebagai media penghubung dengan pemilih. Namun di sisi lain, ini menandakan bahwa model komunikasi politik yang terlalu bergantung pada pesan massal sudah waktunya bertransformasi. Seperti halnya industri pemasaran, aktor politik pun dituntut untuk mencari pendekatan yang lebih personal, transparan, dan menghormati privasi pengguna. Jika fitur ini diadopsi luas oleh pengguna, bisa jadi kita akan menyaksikan babak baru dalam kampanye digital yang lebih selektif dan bertanggung jawab.