Glen Schofield, sosok di balik Dead Space dan mantan sutradara Call of Duty, menyebut industri game saat ini sedang berada dalam kondisi “rusak, kelelahan, dan babak belur”. Namun, ia percaya masih ada cara untuk menyelamatkannya. Dalam pidatonya di Gamescom Asia x Thailand Game Show di Bangkok, Schofield menyampaikan tiga langkah utama untuk memperbaiki industri game yang menurutnya sedang kehilangan arah.
1. AI Harus Jadi Alat, Bukan Ancaman
Langkah pertama, dan juga yang paling kontroversial, adalah pemanfaatan Artificial Intelligence (AI) secara luas dalam proses pengembangan game. Menurut Schofield, AI bukan musuh bagi para pengembang.
“AI bukan untuk menggantikan kita,” katanya. “AI hadir untuk membuat kita bekerja lebih cepat, lebih baik, dan lebih efisien. Bukan hanya untuk sutradara atau seniman, tapi juga untuk penulis dan tim pemasaran.”
Ia mendesak para pemimpin studio untuk segera melatih tim mereka agar memahami dan memanfaatkan teknologi AI sejak dini. “Kalau kita mulai sekarang, saat industri pulih, kita bisa kembali merekrut lebih banyak orang,” ujarnya optimistis.
Namun, Schofield menegaskan bahwa ide dan kreativitas tetap datang dari manusia. “Ingat, ide adalah darah kehidupan industri ini. Dan ide-ide itu datang dari kalian,” katanya kepada para pengembang yang hadir.
2. Investor Harus Berani Taruh Uang Lagi
Masalah berikutnya menurut Schofield adalah keberanian investor. Ia menilai banyak studio besar kini terlalu pelit dalam mendanai proyek-proyek besar (AAA games), padahal potensi keuntungannya masih tinggi.
“Investor dan eksekutif, hentikan kegilaan ini,” serunya. “Kalian mau bikin game AAA dengan dana delapan juta dolar? Kalau mau sukses, kembalikan nyali kalian. Kita harus berani menanamkan modal lagi karena industri ini bisa menghasilkan uang besar.”
Schofield juga mengkritik pemilihan orang yang salah untuk memimpin proyek besar. Menurutnya, banyak kegagalan besar terjadi karena sutradara atau manajer proyek tidak punya pengalaman memimpin pengembangan game skala besar.
“Kalau mau hasil berkualitas, percayakan pada orang yang tepat,” katanya.
3. Kembalikan E3, Simbol Kebersamaan Industri
Langkah ketiga yang diusulkan Schofield terdengar agak nostalgia: mengembalikan ajang E3. Ia menyebut pameran itu sebagai “kakek dari semua event game” yang dulu membuat para pengembang lebih kompak dan termotivasi.
“Setiap kali saya ikut E3, game saya selalu jadi lebih baik,” kenangnya. “Di sana kita bertemu teman, berbagi ide, dan saling membantu. Saat perusahaan mulai menjauh dari E3, saya tahu industri ini mulai terpecah.”
Antara Optimisme dan Kekhawatiran
Schofield menyadari bahwa penerapan AI akan menimbulkan kekhawatiran baru, terutama soal hilangnya pekerjaan manusia. Tapi ia menilai hal ini sebagai bagian dari evolusi teknologi.
“Dulu waktu ponsel muncul, orang khawatir operator akan kehilangan pekerjaan. Tapi justru muncul jutaan lapangan kerja baru,” ujarnya. “Hal yang sama akan terjadi pada industri game.”
Meski begitu, data survei global menunjukkan bahwa sekitar 30% pengembang game masih menganggap AI berdampak negatif terhadap industri, terutama karena masalah etika, pencurian karya, dan bias algoritma.
Namun Schofield tetap yakin masa depan industri ini cerah — asalkan manusia dan mesin bisa berjalan beriringan. “Teknologi bisa membantu, tapi manusia tetap pusatnya,” tegasnya.
Menurut Glen Schofield, kunci untuk menyelamatkan industri game yang sedang “sakit” adalah dengan menerima perubahan. AI bisa menjadi alat yang mempercepat kreativitas, investor harus kembali berani mengambil risiko, dan semangat kebersamaan seperti di era E3 harus dihidupkan kembali. Karena pada akhirnya, ide-ide besar tetap lahir dari pikiran para kreator, bukan dari algoritma.

