Jelajahi Keindahan Alam Jepang Lewat Ghost of Yōtei

Ketertarikan dunia terhadap Jepang semakin besar. Menurut data Japan National Tourism Organization, lebih dari 28,3 juta wisatawan datang ke Jepang antara Januari hingga Agustus 2025, naik 18,2 persen dibanding tahun sebelumnya. Di tengah tren itu, Sony Interactive Entertainment menghadirkan cara baru menikmati pesona Jepang melalui game Ghost of Yōtei, eksklusif di PlayStation 5.

Game ini dikembangkan oleh Sucker Punch Productions, studio di balik kesuksesan Ghost of Tsushima. Dalam Ghost of Yōtei, pemain diajak menelusuri keindahan alam, sejarah, dan budaya Hokkaido, pulau paling utara Jepang, dalam latar abad ke-17 yang memukau.

Petualangan ke Hokkaido Abad ke-17

Ghost of Yōtei membawa pemain ke pedesaan Jepang tahun 1600-an. Ceritanya mengikuti perjalanan Atsu, sosok protagonis perempuan yang berjuang antara dendam dan penebusan. Dunia dalam game ini luas dan menakjubkan, mulai dari gunung bersalju, padang bunga liar, hingga Gunung Yōtei yang menjadi ikon utama.

“Ghost of Yōtei adalah surat cinta untuk warisan budaya Jepang,” kata Brian Fleming, Co-Founder Sucker Punch Productions. Mereka bekerja sama dengan para penasihat budaya dan seniman Jepang agar setiap detail terasa autentik, dari narasi hingga elemen kecil di dunia game.

Musik Tradisional dan Visual Sinematik

Selain visual sinematik dalam resolusi 4K, Ghost of Yōtei juga menawarkan pengalaman audio yang luar biasa. Komposer Toma Otowa memadukan alat musik tradisional Jepang seperti shamisenshakuhachi, dan kokyū dengan aransemen musik modern. Hasilnya adalah atmosfer emosional yang membuat pemain serasa benar-benar berada di Jepang.

Melanjutkan Warisan Ghost of Tsushima

Game ini menjadi bab baru setelah kesuksesan Ghost of Tsushima, yang dipuji karena penggambaran akurat budaya Jepang zaman feodal. Para kreator utamanya, Nate Fox dan Jason Connell, kembali memimpin proyek ini. Keduanya bahkan diangkat menjadi duta pariwisata tetap untuk pulau Tsushima karena dampak besar game sebelumnya terhadap pariwisata Jepang.

Sambutan Hangat dari Warga Hokkaido

Antusiasme terhadap Ghost of Yōtei tidak hanya datang dari gamer internasional. Komunitas lokal di Hokkaido bangga karena wilayah mereka ditampilkan secara mendetail dan indah. Pemerintah daerah dan bisnis lokal pun mulai menjalin kolaborasi, berharap meningkatnya wisata dari para penggemar game.

Akhir Kisah Atsu: Dendam, Pengampunan, dan Harapan Baru

Dalam sebuah wawancara, penulis utama Ian Ryan dan co-director Jason Connell membahas akhir cerita Atsu. Menurut mereka, perjalanan Atsu bukan sekadar kisah balas dendam, tapi juga perjalanan emosional menuju pengampunan dan penyembuhan diri.

Salah satu momen paling emosional adalah ketika Atsu bermain musik bersama Oyuki, musuh lamanya. Adegan ini menunjukkan sisi kemanusiaan Atsu yang perlahan belajar memahami dan memaafkan, meski luka masa lalunya masih terasa.

Ryan juga mengungkapkan bahwa kisah Atsu berakhir di titik penutup satu bab, namun bukan akhir sepenuhnya. “Dia sudah menutup masa dendamnya, tapi belum sepenuhnya sembuh. Masih banyak hal yang bisa ia jalani ke depan,” ujarnya. Hal ini membuka kemungkinan bagi lanjutan cerita atau konten tambahan di masa depan.

Dari Kritik hingga Kekaguman

Para pengembang mengaku lega sekaligus bangga setelah game ini dirilis. “Membuat game sebesar ini sangat sulit. Tapi melihat banyak orang menikmati kisah dan karakter baru seperti Atsu membuat semua kerja keras terasa sepadan,” kata Connell.

Game ini juga dipenuhi Easter eggs yang menjadi penghormatan bagi karya-karya lama Sucker Punch, seperti mural dari Sly Cooper dan Infamous. Detail-detail kecil ini membuat dunia Ghost of Yōtei terasa hidup dan penuh cinta dari para pembuatnya.

Jelajahi Jepang Tanpa Keluar Rumah

Ghost of Yōtei kini tersedia di PlayStation 5. Game ini bukan hanya petualangan aksi, tapi juga jendela virtual untuk menikmati alam dan budaya Jepang dari rumah. Bagi pecinta perjalanan, budaya, dan cerita yang menyentuh hati, Ghost of Yōtei menjadi undangan untuk menjelajahi sisi lain Jepang—melalui layar, tapi tetap terasa nyata.