Dari ajang Snapdragon Summit 2025, dunia teknologi kedatangan pemain baru bernama Humain Horizon Pro, laptop AI pertama dari perusahaan global Humain yang berbasis di Arab Saudi. Laptop ini bukan sekadar PC biasa, melainkan dirancang khusus untuk menghadirkan era baru agentic AI personal computing.
Ditenagai prosesor Snapdragon X Elite, Horizon Pro tampil beda karena tidak hanya menjalankan Windows di atas platform Arm, tetapi juga membawa sistem khusus bernama Humain One OS. Sistem ini digadang-gadang sebagai antarmuka adaptif untuk mengatur workflow bisnis, komunikasi, hingga aplikasi AI. Menariknya, Humain mengklaim OS ini mampu bekerja 100 kali lebih cepat dari kecepatan berpikir manusia.
Dari sisi spesifikasi, Horizon Pro cukup menjanjikan: layar 14 inci OLED 2.8K dari Samsung dengan rasio 16:10, RAM hingga 32GB, SSD 1TB, baterai tahan 18 jam, dan konsumsi daya 40% lebih rendah dibanding kompetitor. Tidak ketinggalan, ada juga model bahasa lokal berbasis AI bernama ALLAM, yang berjalan langsung di perangkat dan siap bersaing dengan model global lain.
Meski tampil futuristik, ada catatan menarik. Humain One OS yang disebut-sebut sebagai “OS baru” ternyata lebih mirip aplikasi super yang berjalan di atas Windows, bukan sistem operasi independen penuh. Jadi, lebih tepatnya ini adalah lapisan AI cerdas yang memperkaya pengalaman pengguna ketimbang benar-benar menggantikan OS tradisional.
Belum ada informasi resmi soal harga maupun tanggal rilis. Namun, Humain berencana menghadirkan skema langganan bulanan untuk solusi AI mereka, ditambah penawaran bagi konsumen umum dan bahkan pembagian gratis 500 unit untuk pelajar.
Jika janji-janji ini terbukti, Horizon Pro bisa jadi game changer. Namun, dengan klaim sehebat itu, tantangan berikutnya adalah membuktikan bahwa perangkat ini benar-benar bisa dipakai sehari-hari tanpa gimmick. Dunia sudah sering mendengar jargon “AI masa depan”, tapi jarang yang benar-benar sampai ke tangan pengguna dengan mulus.
Untuk sekarang, Horizon Pro layak ditunggu. Bukan hanya karena teknologinya, tapi juga karena ini bisa jadi awal era baru di mana laptop bukan sekadar alat kerja, melainkan asisten cerdas yang benar-benar aktif membantu manusia.