Meta kembali menarik perhatian industri teknologi setelah berhasil merekrut Alan Dye, sosok yang selama hampir satu dekade memimpin desain antarmuka pengguna di Apple. Kehadiran Dye di Meta menandai perpindahan talenta besar di Silicon Valley dan menunjukkan semakin seriusnya Meta dalam persaingan perangkat pintar berbasis kecerdasan buatan.
Apple mengonfirmasi kepergian Dye pada Rabu waktu setempat. CEO Apple Tim Cook menegaskan bahwa perusahaan tetap menempatkan desain sebagai fondasi utama dan menunjuk Stephen Lemay sebagai penerus Dye. Menurut Cook, Lemay adalah desainer yang telah berkontribusi pada setiap antarmuka utama Apple sejak 1999.
Sementara itu, CEO Meta Mark Zuckerberg mengumumkan melalui media sosial bahwa Dye akan memimpin sebuah studio kreatif baru yang menggabungkan desain, teknologi dan fashion. Zuckerberg menyebut bahwa Meta ingin meningkatkan peran desain dalam pengembangan produk mereka dan menganggap Dye sebagai sosok penting dalam misi tersebut.
Rekrutmen Dye menjadi langkah strategis Meta di tengah ambisi perusahaan untuk menjadikan perangkat wearable sebagai bagian utama ekosistem AI. Zuckerberg berulang kali menyatakan bahwa perangkat pintar yang dapat dipakai, seperti kacamata AI, berpotensi menggantikan peran smartphone di masa depan. Ia menilai kecerdasan buatan sebagai “material desain baru” yang akan membentuk generasi berikutnya dari produk teknologi konsumen.
Meta telah memperluas portofolio perangkatnya dengan meluncurkan Ray-Ban Meta smart glasses yang mampu mengambil foto, merekam video dan menjalankan model AI untuk menjawab pertanyaan. Perangkat tersebut mencatat peningkatan penjualan yang signifikan selama setahun terakhir. Selain itu, Meta juga terus mengembangkan lini headset virtual reality Quest serta perangkat wearable berlayar yang diumumkan pada September.
Peran Dye di Apple selama ini sangat sentral. Ia memimpin desain antarmuka sejak 2015, menggantikan peran Jony Ive yang mundur dari tugas harian. Dye terlibat dalam pengembangan berbagai sistem operasi Apple mulai dari iOS, macOS, watchOS hingga VisionOS. Ia juga menjadi salah satu kreator konsep Liquid Glass, antarmuka baru yang diperkenalkan pada Juni lalu dengan tampilan transparan, ikon aplikasi yang diperbarui dan animasi yang lebih halus. Liquid Glass diklaim sebagai babak baru desain perangkat lunak Apple yang semakin menyatu antara perangkat keras dan perangkat lunak.
Meski demikian, pembaruan Liquid Glass yang hadir resmi di iPhone pada September mendapat tanggapan beragam dari pengguna dan pengulas teknologi. Sebagian mengapresiasi tampilan elegannya, sementara lainnya menilai perubahan tersebut terlalu drastis.
Kepindahan Dye ke Meta muncul di saat Apple sedang mengalami perubahan signifikan dalam jajaran eksekutifnya. Awal pekan ini, kepala divisi AI Apple John Giannandrea mengumumkan rencana pensiun pada musim semi mendatang. Ia akan digantikan oleh Amar Subramanya, mantan pimpinan AI di Microsoft dan Google DeepMind. COO Apple Jeff Williams juga akan pensiun pada musim panas ini.
Meta sendiri terus melakukan perekrutan besar-besaran untuk memperkuat tim AI. Selain Dye, perusahaan juga menggaet Billy Sorrentino, desainer VisionOS yang selama ini menjadi bagian penting tim antarmuka Apple. Ruoming Pang, mantan kepala tim model AI Apple, turut bergabung ke Meta untuk memperkuat laboratorium riset AI elit perusahaan, TBD Labs.
Bagi Meta, masuknya Alan Dye mempertegas tekad untuk memimpin era baru perangkat wearable bertenaga AI. Dalam pernyataannya, Zuckerberg menyebut bahwa dunia sedang memasuki fase ketika kacamata AI dan perangkat serupa akan mengubah cara manusia berinteraksi dengan teknologi maupun satu sama lain. Ia menilai potensi teknologi ini sangat besar dan menuntut pengalaman yang alami serta berpusat pada pengguna.
Dengan pengalaman panjang Dye dalam merancang antarmuka perangkat paling populer di dunia, Meta berharap dapat menghadirkan generasi baru produk pintar yang mampu bersaing langsung dengan Apple, sekaligus mempercepat peralihan menuju masa depan tanpa smartphone.

