Serial Barat Baru Netflix: American Primeval, Kisah Brutal yang Menggugah

Serial barat terbaru dari Netflix, American Primeval, langsung mencuri perhatian dan jadi sukses global. Setelah beberapa tahun merilis film dan serial orisinal, Netflix kini semakin dikenal dengan berbagai cerita barat yang menggali keindahan dan tantangan hidup di wilayah perbatasan Amerika. Sebelumnya, ada serial Longmire yang sangat populer hingga Netflix mengambil alih pada 2014, dan juga miniseri Godless yang mendapat sambutan positif.

Tahun 2018, mereka juga merilis film antologi The Ballad of Buster Scruggs, yang menggabungkan humor dan tragedi. Di 2021, ada The Harder They Fall yang membawa perspektif baru dengan menampilkan aktor kulit hitam dalam cerita barat. Sekarang, Netflix hadir dengan American Primeval, yang mengikuti cerita kekerasan dan asal-usul wilayah perbatasan Amerika.

American Primeval, yang ditulis oleh Mark L. Smith (penulis The Revenant) dan disutradarai oleh Peter Berg (Friday Night Lights), berlatar tahun 1857 saat Perang Utah. Serial ini mengikuti kisah seorang ibu dan anak yang melarikan diri dari masa lalu dan membentuk keluarga baru, sementara menghadapi kerasnya kenyataan kebebasan dan kekejaman di perbatasan. Dibintangi oleh Taylor Kitsch, Betty Gilpin, dan banyak nama lainnya, American Primeval langsung meraih tempat di hati penggemar, masuk dalam peringkat kedua di Netflix Global Top 10 minggu ini dengan 10,4 juta penonton dan 52,4 juta jam tayang. Serial ini juga masuk dalam Top 10 di 68 negara!

Meskipun mendapat ulasan positif, American Primeval disebut sebagai serial terbatas, jadi sepertinya ceritanya akan berakhir setelah episode keenam. Namun, dengan kesuksesan global ini, kita mungkin akan melihat lebih banyak cerita barat yang seru dari Netflix di masa depan.

Tahun 1857 adalah momen penting dalam sejarah Amerika Serikat, terutama terkait dengan Perang Utah, yang berlangsung antara pasukan Amerika Serikat dan pemukim Mormon di wilayah Utah.

Perang Utah dimulai setelah ketegangan meningkat antara pemerintah federal dan Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir (gereja Mormon), yang dipimpin oleh Brigham Young. Pada saat itu, para pemukim Mormon telah mendirikan komunitas besar di Utah, yang pada saat itu masih merupakan wilayah yang belum menjadi negara bagian. Konflik ini dipicu oleh berbagai alasan, termasuk ketidaksepakatan tentang kontrol politik dan kekuasaan atas wilayah tersebut, serta perbedaan pandangan mengenai bagaimana pemerintah federal seharusnya memerintah wilayah yang dihuni oleh Mormon.

Pada tahun 1857, Presiden James Buchanan mengirimkan pasukan ke Utah untuk menanggapi laporan tentang pemberontakan yang kemungkinan dilakukan oleh para pemukim Mormon. Para pemimpin Mormon, yang menganggap ini sebagai ancaman terhadap kebebasan mereka, memutuskan untuk mempertahankan wilayah mereka dengan berjuang melawan pasukan federal. Ini kemudian berkembang menjadi perang terbuka.

Salah satu peristiwa paling dramatis dalam Perang Utah adalah “Penyergapan Fancher,” sebuah serangan terhadap sebuah konvoi pemukim non-Mormon yang dikenal sebagai konvoi Fancher yang sedang dalam perjalanan ke California. Pada tahun 1857, konvoi tersebut diserang oleh pasukan Mormon, yang menewaskan hampir seluruh anggota konvoi. Kejadian ini kemudian dikenal sebagai “Penyergapan Mountain Meadows,” yang menjadi salah satu peristiwa paling kontroversial dalam sejarah Mormon.

Perang Utah berakhir tanpa pertempuran besar dan lebih banyak berfokus pada pengaruh politik yang mendalam antara pemerintah AS dan gereja Mormon. Meskipun akhirnya pasukan federal tidak berhasil menaklukkan wilayah Utah, ketegangan tetap ada, dan Brigham Young akhirnya dipecat sebagai gubernur wilayah Utah oleh pemerintah federal pada 1858. Meski demikian, Perang Utah menunjukkan tantangan yang dihadapi oleh Amerika Serikat dalam mengelola wilayah-wilayah baru yang diakuisisi dan berbagai kelompok yang ada di dalamnya.

Tahun 1857 juga mencatatkan peristiwa lainnya yang memperkuat dinamika sosial dan politik di Amerika Serikat, dan menjadikannya periode yang penuh dengan gejolak yang berkontribusi pada pembentukan identitas wilayah-wilayah baru di negara itu.