Film keluarga Sketch karya Seth Worley menyajikan sebuah perjalanan emosional yang menggugah tentang kehilangan, imajinasi, dan penyembuhan, yang dikemas dalam balutan petualangan penuh warna dan monster imajinatif.
Tony Hale tampil memukau sebagai Taylor, seorang ayah tunggal yang berusaha merapikan hidupnya dan kedua anaknya setelah kematian sang istri. Ketika ia hendak menjual rumah keluarga mereka, Amber, putri bungsunya, mulai meluapkan kesedihan melalui gambar-gambar monster yang unik dan mengerikan. Dari krayon, spidol, dan glitter, lahirlah makhluk-makhluk seperti Dave si monster biru berkaki ular dan para “eyeders”, laba-laba merah dengan mata-mata mencuri.
Namun imajinasi Amber tak berhenti di kertas. Ketika buku gambarnya jatuh ke dalam sebuah kolam ajaib di belakang rumah, semua ciptaannya jadi nyata dan menyerbu dunia nyata. Bersama sang kakak Jack, yang juga tengah bergulat dengan duka, mereka harus menghadapi monster ciptaan Amber sendiri termasuk satu makhluk misterius yang mencerminkan sisi tergelap dirinya.
Sketch bukan sekadar film petualangan anak-anak. Worley menulis dan menyutradarai film ini dengan sensitivitas tinggi, menangkap bagaimana duka bisa mewujud dalam berbagai bentuk, dari kemarahan seorang anak hingga sikap menghindar seorang ayah. Percakapan antara Taylor dan kakaknya, Liz (D’Arcy Carden), menambahkan kedalaman emosional, menyoroti pentingnya menghadapi rasa kehilangan, bukan menekannya.
Efek visualnya pun mengesankan. Detail kecil seperti debu kapur yang beterbangan saat monster bergerak, atau kelemahan mereka terhadap air, menciptakan nuansa magis yang menyatu dengan dunia anak-anak. Tapi kekuatan terbesar film ini terletak pada penggambarannya yang jujur tentang anak-anak yang mencoba memahami dunia setelah kehilangan sesuatu yang besar.
Bianca Belle sebagai Amber mencuri perhatian dengan penampilannya yang penuh perasaan. Lewat tokohnya, film ini mengajak penonton baik anak-anak maupun orang dewasa untuk melihat bahwa mengekspresikan rasa sakit melalui seni bukanlah kelemahan, melainkan langkah awal menuju penyembuhan.
“Sketch” adalah surat cinta untuk anak-anak yang sedang belajar berdamai dengan kesedihan, untuk para orang tua yang mencoba mengerti, dan untuk siapa pun yang pernah merasa tersesat dalam luka masa lalu. Ini bukan hanya film untuk ditonton bersama keluarga, tapi juga untuk direnungi bersama.