Dalam beberapa tahun terakhir, rumah pintar menjadi tren teknologi yang semakin diminati. Perangkat seperti smart speaker, kamera keamanan, dan lampu otomatis ditawarkan sebagai solusi untuk menciptakan kenyamanan dan efisiensi di rumah. Dua perusahaan yang paling dikenal dalam ekosistem ini adalah Google dan Amazon. Namun, di balik kemudahan yang ditawarkan, banyak pakar mulai menyarankan pengguna untuk mempertimbangkan alternatif lain yang lebih stabil, fleksibel, dan bebas biaya langganan jangka panjang.
Salah satu masalah terbesar dari ekosistem rumah pintar milik Google dan Amazon adalah ketergantungan keduanya pada layanan cloud. Kondisi ini terbukti berisiko, terutama ketika terjadi gangguan layanan internet atau server. Pada Oktober 2025, layanan Amazon Web Services mengalami gangguan besar, berdampak pada banyak platform digital termasuk Snapchat, Reddit, dan IMDb. Dampak tersebut juga dirasakan oleh perangkat pintar Amazon, mulai dari Alexa hingga Ring Doorbell yang berhenti berfungsi. Bahkan, selama gangguan tersebut, perangkat Ring tidak dapat merekam video karena tidak memiliki sistem penyimpanan lokal.
Situasi serupa juga terjadi pada perangkat Google. Banyak fitur penting memerlukan akses internet agar dapat digunakan. Meskipun Google sudah mulai mendukung standar Matter dan Thread untuk komunikasi perangkat lokal, fitur offline dinilai belum sepenuhnya matang. Kondisi ini semakin menyulitkan pengguna ketika koneksi internet rumah mereka tiba-tiba mengalami gangguan.
Selain bergantung pada cloud, kedua ekosistem ini dikenal sebagai sistem tertutup. Artinya, tidak semua perangkat dari merek lain dapat kompatibel dengan mudah. Beberapa perangkat generasi lama bahkan dihentikan dukungannya, seperti Nest Thermostat versi awal, yang membuat banyak pengguna merasa dirugikan. Untuk perangkat keamanan seperti kamera dan doorbell, Amazon dan Google juga menerapkan biaya langganan tambahan agar pengguna dapat menyimpan rekaman atau mengakses fitur lain yang dianggap penting.
Di tengah keterbatasan tersebut, banyak ahli mulai merekomendasikan platform alternatif bernama Home Assistant. Platform ini bersifat open-source, dapat berjalan secara lokal tanpa internet, dan mendukung beragam teknologi seperti Zigbee, Z-Wave, Bluetooth, serta Matter. Pengguna juga bebas memilih perangkat dari berbagai merek sesuai kebutuhan dan anggaran.
Home Assistant dapat dijalankan di berbagai perangkat, mulai dari komputer lama hingga hub khusus yang telah siap digunakan seperti Home Assistant Green. Meski memberikan fleksibilitas tinggi, platform ini dinilai lebih cocok untuk pengguna yang menyukai eksplorasi teknis. Namun, seiring waktu, pengguna baru tetap dapat memulai dengan konfigurasi sederhana dan meningkatkannya ketika sudah lebih paham.
Bagi pengguna yang ingin sistem plug-and-play tanpa proses konfigurasi teknis, terdapat alternatif lain seperti Apple Home, Homey, dan Hubitat. Apple Home misalnya, menawarkan pengalaman offline yang baik dan penyimpanan video melalui layanan iCloud tanpa biaya tambahan. Namun, sistem ini juga tertutup dan hanya cocok bagi pengguna ekosistem Apple.
Sementara itu, Homey dan Hubitat menawarkan pengalaman mirip Home Assistant, tetapi dalam format yang lebih ringkas dan siap digunakan. Keunggulannya adalah dukungan perangkat yang luas tanpa memerlukan internet untuk beroperasi. Jika di kemudian hari pengguna ingin fleksibilitas lebih, solusi ini juga bisa diintegrasikan dengan Home Assistant.
Pada akhirnya, keputusan memilih platform smart home bergantung pada kebutuhan dan preferensi pengguna. Namun, semakin banyak bukti menunjukkan bahwa ekosistem pintar berbasis cloud penuh ketergantungan seperti milik Google dan Amazon mulai kehilangan daya tarik. Dengan meningkatnya kesadaran privasi, stabilitas sistem, serta biaya langganan yang terus bertambah, banyak pengguna kini beralih ke solusi lokal dan open-source seperti Home Assistant.
Peralihan ini bukan sekadar tren teknologi, tetapi langkah menuju rumah pintar yang lebih mandiri, fleksibel, dan berkelanjutan.

