Stephen Graham Ungkap Rahasia di Balik Adolescence dan Rencana Antologi

Serial Adolescence baru saja menjadi nomor satu di Netflix, dan penggemarnya sudah tidak sabar menunggu musim kedua. Namun, co-creator sekaligus bintang utama Stephen Graham punya rencana lain. Dalam wawancara eksklusif dengan IGN, Graham mengungkapkan kemungkinan mengembangkan Adolescence menjadi serial antologi dengan format dan tema yang berbeda.

Akan Ada Kelanjutan Adolescence?

Graham mengaku belum berpikir lebih jauh tentang nasib Jamie Miller dan keluarganya setelah episode keempat berakhir. “Aku suka bagaimana cerita ini berakhir, di kamar tidur Jamie, tempat semuanya dimulai,” ujarnya. Ia menekankan bahwa inti dari cerita ini adalah refleksi seorang ayah yang menyesali kurangnya perhatian kepada anaknya.

Namun, bukan berarti dunia Adolescence benar-benar berakhir. Graham memberi petunjuk bahwa konsep serial antologi bisa saja terwujud. “Aku tidak bisa mengatakan apa-apa, tapi aku suka ide ‘serial antologi’. Jadi, ya, ada kemungkinan itu terjadi,” kata Graham dengan nada menggoda.

Adegan Drone yang Hampir Gagal Terwujud

Salah satu adegan paling ikonik dalam Adolescence adalah shot drone di akhir episode kedua, di mana kamera terbang tinggi meninggalkan sekolah menuju lokasi pembunuhan Jamie. Awalnya, drone hanya direncanakan untuk terbang menjauh tanpa kembali ke lokasi utama. Namun, seorang eksekutif Netflix memberikan ide brilian agar drone kembali turun untuk menangkap momen emosional Eddie meletakkan bunga di tempat kejadian.

Tantangan terbesar? Cuaca buruk dan angin kencang! “Kami hanya punya dua hari tersisa untuk menyempurnakan adegan itu. Pada satu pengambilan, anginnya terlalu kencang dan membuat gambar goyah. Kami hampir saja menyerah. Tapi pada sore hari, semuanya berjalan sempurna, seperti alunan musik jazz yang selaras,” ujar Graham.

Bahkan setelah berhasil, ada kejadian kocak di balik layar. Saat kamera sudah diangkat dengan drone, kru kehilangan tampilan video, sehingga mereka tidak tahu apakah pengambilan gambar tersebut sukses atau tidak. “Ketika akhirnya kami tahu itu berhasil, semua orang sangat bersemangat!” tambahnya.

Rahasia di Balik Episode 3

Episode ketiga Adolescence hampir seluruhnya menampilkan percakapan intens antara Jamie dan psikolognya (diperankan Erin Doherty). Menurut Graham, ada beberapa pengambilan yang bisa dipilih, tetapi akhirnya mereka memilih yang paling pas. “Setiap versi punya nuansa yang berbeda, tapi pengambilan terakhir benar-benar yang paling kena di hati,” ungkapnya.

Mengapa Adolescence Menggunakan Teknik One-Shot?

Salah satu ciri khas Adolescence adalah teknik one-shot atau pengambilan gambar tanpa putus sepanjang satu jam di setiap episodenya. Menurut Graham, ini bukan sekadar pamer teknik, melainkan untuk membawa penonton masuk ke dalam cerita.

“Kami ingin penonton benar-benar mengalami perjalanannya. Episode pertama membawa kita masuk ke dalam kehidupan Jamie dan keluarganya. Episode kedua membuat kita menyelidiki kasusnya bersama polisi. Episode ketiga membuat kita memahami Jamie melalui mata psikolognya. Dan episode terakhir menunjukkan dampak emosionalnya pada keluarga,” jelas Graham.

Ia menambahkan bahwa mereka membuat serial ini dengan “cinta, integritas, rasa hormat, dan kerendahan hati.” Dan sekarang, efeknya terasa begitu luas, layaknya riak air dari batu yang dilempar ke danau. Apakah Adolescence akan benar-benar kembali dalam bentuk serial antologi? Kita tunggu saja kejutan dari Stephen Graham!