Toronto International Film Festival 2025 jadi panggung penting bagi Sydney Sweeney. Aktris berusia 27 tahun itu hadir dengan film biopik Christy, yang mengisahkan perjalanan hidup petinju legendaris Christy Martin. Transformasi fisik Sweeney mencuri perhatian, dari menambah 13 kilo otot hingga menjalani latihan tinju berbulan-bulan. Banyak yang menilai ini sebagai langkah seriusnya untuk diakui bukan sekadar bintang sensasional, melainkan aktris berbakat dengan peluang besar di Oscar.
Film garapan David Michôd ini menyoroti perjalanan Christy Martin dari remaja asal West Virginia hingga menjadi petinju perempuan nomor satu dunia. Di balik kesuksesan, hidupnya dibelenggu Jim Martin, pelatih sekaligus suami yang abusif. Hubungan penuh manipulasi, kekerasan, hingga pemaksaan identitas seksual menjadikan kisah Christy lebih dari sekadar drama olahraga. Penonton di Toronto disebut bersorak, bertepuk tangan, hingga terbawa emosi sepanjang pemutaran.
Namun, pujian untuk penampilan Sweeney tak lepas dari catatan miring. Kritikus menilai Christy masih terlalu klise sebagai film olahraga underdog. Adegan tinju digarap penuh energi, tetapi justru kisah penyintas kekerasan yang seharusnya menjadi inti baru benar-benar menyentuh di bagian akhir. Beberapa menyebut Sweeney begitu meyakinkan, namun sulit sepenuhnya melupakan bayangan kontroversinya di luar layar.
Memang, dalam setahun terakhir Sweeney lebih sering jadi bahan gosip ketimbang perbincangan film. Dari iklan American Eagle yang dituduh rasis, penjualan sabun dengan air mandinya, hingga hubungannya dengan manajer musik kontroversial Scooter Braun. Ditambah rumor politik dan komentar Donald Trump tentangnya, wajar jika publik masih kesulitan memisahkan Sydney Sweeney si selebritas dengan Sydney Sweeney si aktris.
Meski begitu, sulit menyangkal bahwa peran ini bisa jadi titik balik. Seperti Charlize Theron dalam Monster atau Margot Robbie lewat I, Tonya, Sweeney memilih jalan berisiko dengan melepas imej cantik glamor dan masuk ke karakter yang keras, rapuh, sekaligus penuh luka. Reaksinya di Toronto, termasuk standing ovation bersama Christy Martin asli, menunjukkan ada peluang besar untuk memulai narasi baru dalam kariernya.
Christy memang bukan film sempurna, tapi penampilan Sweeney sudah cukup kuat untuk menggeser fokus publik dari kontroversi ke kapasitas aktingnya. Pertanyaan utamanya bukan lagi apakah ia bisa berakting serius, melainkan apakah ia berani konsisten menata karier dengan lebih selektif. Jika iya, Oscar bukan sekadar wacana.