Teknologi Rahasia di Earbud Modern yang Bisa Ubah Cara Mendengar

Teknologi Bluetooth terbaru bernama Auracast dinilai sebagai salah satu terobosan paling menarik dalam dunia audio nirkabel dalam beberapa tahun terakhir. Namun, alih-alih menjadi sorotan utama, fitur ini justru masih jarang dipahami dan minim dipromosikan oleh banyak perusahaan teknologi, meskipun sudah tersedia di berbagai perangkat konsumen.

Auracast memungkinkan perangkat seperti earbud, headphone, speaker, hingga alat bantu dengar terhubung langsung ke satu sumber siaran audio tanpa proses pairing seperti Bluetooth konvensional. Konsep kerjanya mirip radio, di mana pengguna cukup memilih siaran yang tersedia. Teknologi ini dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan, mulai dari mendengarkan pengumuman bandara, suara guru di ruang kelas, hingga audio televisi di pusat kebugaran.

Dari sisi aksesibilitas, Auracast membawa dampak besar. Teknologi ini membantu pengguna dengan keterbatasan pendengaran untuk menangkap suara lebih jelas di lingkungan bising. Selain itu, fitur ini juga memudahkan masyarakat umum untuk menyaring suara penting tanpa harus bergulat dengan kebisingan sekitar.

Meski telah diperkenalkan secara resmi beberapa tahun lalu, adopsi Auracast berjalan lambat. Sejak 2023, Bluetooth Special Interest Group atau Bluetooth SIG rutin mendemonstrasikan kemampuan teknologi ini di ajang CES melalui pertemuan terbatas. Namun, setelah acara berakhir, pemberitaan meredup dan fokus industri kembali ke tren lain.

Dalam dua tahun terakhir, dukungan mulai terlihat dari beberapa produsen besar. Sony menambahkan fitur Audio Sharing berbasis Auracast pada headphone XM5 dan XM6. Dukungan serupa juga hadir di beberapa ponsel terbaru dari Google, Samsung, dan OnePlus. Sayangnya, pembaruan ini jarang menjadi materi promosi utama sehingga luput dari perhatian konsumen.

Di antara produsen audio, JBL menjadi salah satu yang paling konsisten mempromosikan Auracast. Teknologi ini telah ditanamkan pada produk seperti speaker Charge 6, Clip 5, PartyBox Stage 320, serta headphone Tour One M3. Bahkan, JBL menyertakan transmitter khusus agar audio bisa dibagikan ke perangkat di sekitarnya.

Namun, sebagai pelopor awal, JBL menghadapi tantangan teknis. Sharon Peng, Senior Vice President of Global Engineering JBL, menyebut bahwa implementasi awal Auracast masih memiliki banyak ruang abu-abu karena standar teknis belum sepenuhnya matang. Akibatnya, muncul laporan dari pengguna bahwa beberapa speaker JBL hanya bisa menerima siaran dari perangkat JBL lain. JBL mengaku telah menyadari masalah tersebut dan tengah memperbaikinya melalui pembaruan firmware.

Bluetooth SIG juga terlibat langsung dalam proses perbaikan. Henry Wong, Director of Market Development Bluetooth SIG, menyatakan bahwa pihaknya telah berkomunikasi dengan JBL untuk memastikan kompatibilitas lintas merek dapat terpenuhi sesuai standar Auracast.

Menariknya, sejumlah produsen TV telah menyematkan Auracast tanpa publikasi besar. Samsung diketahui mendukung Auracast pada TV 8K kelas atas sejak 2023. LG menyematkan pemancar Auracast di TV OLED dan QD-LED keluaran 2025. Namun, informasi ini hampir tidak ditemukan di halaman spesifikasi resmi produk sehingga banyak pengguna tidak menyadari keberadaan fitur tersebut.

LG menilai relevansi Auracast bagi pembeli TV masih dalam tahap awal, sehingga belum dijadikan fitur unggulan dalam strategi pemasaran. Sikap serupa dinilai muncul karena masih adanya keraguan industri untuk menginvestasikan sumber daya besar pada teknologi yang belum diadopsi secara masif.

Di sisi lain, perusahaan yang lebih kecil justru lebih agresif. EarFun, produsen earbud terjangkau di bawah 100 dolar AS, telah mengintegrasikan Auracast dengan bantuan Qualcomm. Proses ini memerlukan waktu berbulan-bulan untuk memastikan kompatibilitas berjalan dengan baik, tapi membuktikan bahwa teknologi ini tidak hanya bisa diadopsi oleh raksasa industri.

Tantangan berikutnya ada pada infrastruktur. Pemanfaatan maksimal Auracast membutuhkan pemasangan pemancar dan pelatihan staf di tempat umum. Sejumlah lokasi seperti Sydney Opera House, gereja, dan universitas mulai mengadopsinya, namun skalanya masih terbatas.

Masalah lain adalah strategi bisnis perusahaan teknologi yang cenderung membangun ekosistem tertutup. Beberapa produsen mulai mengunci fitur agar hanya berjalan optimal di produk dalam ekosistem mereka. Kondisi ini dikhawatirkan dapat memperlambat adopsi teknologi terbuka seperti Auracast.

Meski demikian, optimisme tetap ada. Bluetooth SIG menyatakan bahwa minat industri terus meningkat dan adopsi di tempat umum mulai meluas di berbagai negara. Jika dukungan semakin luas, teknologi ini berpotensi mengubah cara orang mendengarkan audio bersama, baik di rumah, perjalanan, ruang kelas, hingga ruang publik.

Ke depan, masa depan Auracast sangat bergantung pada kemauan produsen untuk mengedukasi pasar. Teknologinya sudah ada di banyak perangkat, tetapi tanpa informasi yang jelas, konsumen tidak akan menyadari manfaatnya. Tanpa dorongan dari industri, fitur yang seharusnya revolusioner ini berisiko terus menjadi teknologi canggih yang tersembunyi dari mata publik.