Sebuah dokumenter terbaru berjudul The Truth About Jussie Smollett? menyoroti kembali kasus yang sempat mengguncang dunia hiburan pada 2019. Saat itu, aktor Jussie Smollett dilaporkan menjadi korban serangan rasis dan homofobik di Chicago. Ia disebut disiram cairan kimia, dicekik dengan tali, dan diteriaki slogan politik. Publik saat itu memberikan dukungan besar, bahkan Donald Trump menyebut serangan itu “mengerikan”.
Namun, dukungan itu segera berubah arah. Polisi menemukan kejanggalan hingga muncul dugaan Smollett sendiri yang merencanakan serangan tersebut dengan bantuan dua bersaudara, Bola dan Ola Osundairo. Kasus ini kemudian menjadi bahan perbincangan, meme, hingga persidangan panjang yang berujung pada hukuman penjara yang akhirnya dibatalkan pengadilan.
Dokumenter berdurasi 90 menit ini diproduksi oleh tim yang sebelumnya membuat The Tinder Swindler. Alurnya dibuka dengan keterangan polisi dan rekaman Smollett yang terlihat emosional dalam wawancara televisi. Ada juga testimoni dari Osundairo bersaudara yang mengaku dibayar untuk berpura-pura melakukan serangan. Smollett sendiri bersikeras pembayaran itu hanyalah untuk suplemen, bukan untuk tindak kekerasan.
Sayangnya, dokumenter ini terasa lebih banyak mengumbar sensasi ketimbang memberikan pencerahan. Bagian akhir dipenuhi teori konspirasi yang mencoba menggiring opini bahwa Smollett dijebak oleh kepolisian. Narasumber yang ditampilkan pun tidak cukup kredibel untuk mendukung klaim besar tersebut. Alih-alih menghadirkan kebenaran, dokumenter ini justru terlihat berusaha memelintir narasi demi efek dramatis.
Kritiknya jelas: ketika sebuah program televisi lebih memilih membangun kontroversi ketimbang menyajikan fakta, publik justru makin sulit memahami duduk perkara sebenarnya. Kasus Smollett sendiri sudah cukup kompleks dan penuh drama, sehingga upaya mengaburkannya dengan spekulasi hanya memperburuk situasi.
Pada akhirnya, The Truth About Jussie Smollett? hanyalah tontonan sensasional yang gagal memberi jawaban. Ia lebih mirip hiburan murahan yang mencoba menghidupkan kembali kasus lama, tanpa benar-benar peduli pada kebenaran maupun dampak sosial yang ditinggalkan.