Ubisoft akhirnya menjelaskan alasan di balik penundaan laporan keuangan yang sempat memicu spekulasi besar. Banyak yang menduga perusahaan game asal Prancis itu mendapat suntikan dana asing, menjual sebagian sahamnya, atau mengalami perubahan besar di internal. Namun ternyata penyebabnya jauh lebih sederhana yaitu masalah dalam pencatatan keuangan.
Ubisoft menyampaikan dalam panggilan konferensi dengan investor bahwa penundaan terjadi karena auditor baru menemukan adanya kesalahan pengakuan pendapatan dari beberapa kerja sama bisnis yang dilakukan tahun lalu dan tahun ini. Perubahan perhitungan tersebut membuat kondisi keuangan perusahaan terlihat melanggar aturan rasio pinjaman yang sudah disepakati. Singkatnya, utang terlihat terlalu besar dan pemasukan tampak kurang sesuai aturan kreditur.
Untuk mengatasi hal ini, Ubisoft akan menggunakan dana bailout sebesar 1,35 miliar dolar dari Tencent guna melunasi sebagian utang dan mendapatkan syarat pinjaman yang lebih longgar. Ubisoft tidak menyebut detail kerja sama yang menyebabkan masalah tersebut, tetapi perusahaan mengklaim pendapatan kuartal terakhir lebih baik dari perkiraan berkat kerja sama dengan berbagai mitra. Salah satunya diduga terkait layanan seperti Game Pass yang kini menampung banyak game lama Ubisoft. Jadi, untuk saat ini, Ubisoft tidak dijual.
Penjualan game terbaru Assassin’s Creed Shadows disebut lebih baik dari ekspektasi perusahaan. Ubisoft juga menyebut Rainbow Six Siege, The Division 2, dan beberapa game lama lainnya sebagai penyumbang performa positif dengan total peningkatan pemasukan hingga 39 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Dalam dunia game, Ubisoft dikenal sebagai penerbit yang mengandalkan beragam franchise berukuran besar. Meski tidak punya satu judul yang bisa mencetak uang sebesar FIFA atau Call of Duty, strategi mereka adalah menjual banyak game besar secara reguler, termasuk dengan diskon besar untuk menjaga perputaran ekosistem pemain.
Ubisoft juga memamerkan daftar rilis mendatang seperti Prince of Persia The Sands of Time remake, Rainbow Six Mobile, The Division Resurgence, serta satu game misterius sebelum April 2026. Menurut laporan Insider Gaming, game misterius itu kemungkinan adalah remake Assassin’s Creed Black Flag yang pertama kali dibocorkan tahun 2023. Versi terbaru ini disebut akan hadir dengan sistem permainan yang diperbarui dan nuansa RPG seperti Assassin’s Creed modern. Ubisoft melihat momentum hype game remake seperti Oblivion Remastered dan berharap bisa mencicipi tren tersebut.
Meski begitu, Ubisoft masih kesulitan merilis beberapa proyek besar seperti Far Cry 7, Ghost Recon terbaru, dan Beyond Good and Evil 2 yang sudah lebih dari satu dekade dalam pengembangan. Perusahaan berjanji akan melakukan restrukturisasi besar pada awal tahun depan dengan membentuk pusat kreatif berbasis franchise agar pengembangan game lebih fokus, efisien, dan cepat.
CEO Ubisoft Yves Guillemot juga menegaskan bahwa perusahaan sangat serius mengadopsi teknologi AI generatif. Menurutnya, AI bisa menjadi revolusi besar berikutnya setelah teknologi 3D. Ubisoft sudah mulai menerapkan AI untuk dua arah yaitu fitur dalam game seperti NPC berbasis chatbot dan proses internal seperti pemrograman serta desain visual game.
Ada dua cara melihat strategi ini. Pertama, Ubisoft tidak ingin ketinggalan tren industri jika AI benar-benar menjadi masa depan game. Kedua, kondisi finansial yang masih rapuh membuat Ubisoft harus mengikuti arah pasar demi menjaga kepercayaan investor.
Namun penerapan AI ini belum tentu menghasilkan sesuatu yang besar. Ubisoft pernah mengumumkan teknologi Scalar yaitu framework perkembangan game berbasis cloud yang diklaim dapat menciptakan dunia game jauh lebih besar. Hingga kini teknologi tersebut belum menunjukkan hasil nyata dan beberapa proyek yang menggunakan Scalar bahkan mengalami restart. Banyak tokoh internal yang dulu mempromosikannya kini sudah meninggalkan perusahaan.
Pada akhirnya hanya waktu yang bisa menjawab apakah teknologi AI akan membawa Ubisoft menuju masa depan baru atau hanya menjadi ide besar yang tidak pernah terealisasi.

