Warner Bros. kembali menunjukkan dominasinya di box office. Film horor terbaru mereka, The Conjuring: Last Ritesatau The Conjuring 4, berhasil meraih pembukaan spektakuler dengan 83 juta dolar di Amerika Utara dan 187 juta dolar secara global pada akhir pekan lalu. Angka ini menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah franchise The Conjuring.
Keberhasilan ini menandai pencapaian luar biasa Warner Bros. yang kini mencatat tujuh film berturut-turut dengan pembukaan di atas 40 juta dolar. Tidak ada studio lain yang pernah menorehkan rekor konsistensi seperti ini.
Padahal, hanya setahun lalu Warner Bros. sempat terpuruk dengan kegagalan besar seperti Joker: Folie à Deux, Mickey 17, dan The Alto Knights yang merugikan lebih dari 100 juta dolar. Titik balik terjadi pada April 2025 lewat A Minecraft Movie yang dibuka dengan 162 juta dolar. Setelah itu, deretan film mereka terus mendulang sukses, mulai dari Sinners (48 juta), Final Destination Bloodlines (51,6 juta), F1: The Movie (57 juta), Superman (125 juta), hingga Weapons (43,5 juta).
Tak hanya pembukaan, film-film ini juga terbukti bertahan lama di bioskop. A Minecraft Movie kini bahkan nyaris menyentuh 1 miliar dolar global, disusul F1 dengan 617 juta, Superman 613 juta, dan Sinners 366 juta. Sebuah capaian yang menunjukkan Warner Bros. bukan sekadar beruntung, melainkan mampu membaca pasar dengan cermat.
Menurut analis David A. Gross, keberhasilan ini adalah hasil dari pilihan berani dan risiko kreatif yang akhirnya terbayar. Memang benar, sebelum masa keemasan ini, Warner Bros. sempat berada di ujung tanduk. Co-chief Michael De Luca dan Pam Abdy bahkan sempat diguncang isu pergantian jabatan. Namun kini, semua keraguan seakan terjawab dengan keuntungan yang mencapai sekitar 600 juta dolar tahun ini, belum termasuk pendapatan The Conjuring: Last Rites.
Meski begitu, tantangan baru sudah menunggu. Bulan September ini, Warner Bros. akan merilis One Battle After Another karya Paul Thomas Anderson dengan biaya produksi lebih dari 130 juta dolar. Film ini harus meraup sekitar 300 juta dolar hanya untuk balik modal. Melihat track record Anderson yang film terlarisnya baru mencapai 76 juta dolar, jelas taruhan kali ini tidak kecil.
Jika dilihat, Warner Bros. kini mengambil pola yang berbeda dari kebanyakan studio lain: tidak hanya mengandalkan waralaba mapan, tetapi juga memberi ruang bagi proyek-proyek orisinal. Itu memang berisiko, namun hasil 2025 membuktikan bahwa penonton haus akan variasi, bukan sekadar formula lama.
Apakah keberuntungan Warner Bros. akan berlanjut hingga 2026 dengan deretan film seperti Supergirl, Clayface, Mortal Kombat II, hingga Dune Part Three? Jika momentum ini terjaga, Warner Bros. bisa jadi kembali memimpin Hollywood sebagai studio paling inovatif dan berani.