Film “Mickey 17” yang dibintangi Robert Pattinson baru saja tayang di bioskop, tapi sayangnya, hasilnya jauh dari harapan. Meski berhasil menduduki puncak box office di Amerika dengan pendapatan $19 juta, angka tersebut masih jauh dari cukup untuk menutup biaya produksi yang sangat besar. Dengan anggaran produksi mencapai $118 juta ditambah biaya pemasaran sekitar $80 juta, film ini kini resmi masuk kategori flop.
Terlalu Mahal untuk Film Non-Franchise
Salah satu faktor utama kegagalan “Mickey 17” adalah anggarannya yang terlalu besar. Meskipun film ini diadaptasi dari novel “Mickey7” karya Edward Ashton, banyak penonton yang tetap menganggapnya sebagai film orisinal, bukan bagian dari franchise besar seperti Marvel atau DC. Dengan modal sebesar itu, film ini seharusnya mampu menghasilkan sekitar $400 juta agar bisa balik modal, tapi angka tersebut kini hanya tinggal angan-angan.
Warner Bros. Kurang Percaya Diri
Warner Bros. tampaknya juga kurang yakin dengan film ini. Awalnya dijadwalkan rilis pada 2024, “Mickey 17” beberapa kali mengalami penundaan hingga akhirnya tayang pada Maret 2025. Jadwal rilis yang berubah-ubah ini menunjukkan ada ketidakpastian dari pihak studio, yang mungkin tidak tahu bagaimana cara memasarkan film ini secara efektif. Padahal, Bong Joon Ho yang menjadi sutradara telah sukses besar lewat “Parasite,” pemenang Oscar untuk kategori Best Picture.
Sulitnya Menjual Film Non-Franchise
Tren di industri film saat ini menunjukkan bahwa film non-franchise semakin sulit menarik perhatian penonton. Kebanyakan orang lebih memilih film yang sudah dikenal, seperti sekuel atau spin-off dari waralaba populer. Tanpa embel-embel franchise besar, “Mickey 17” harus berjuang lebih keras untuk menarik minat penonton. Ditambah lagi, meski mendapat rating 78% dari kritikus di Rotten Tomatoes dan 72% dari penonton, banyak yang memilih menunggu film ini tayang di layanan streaming daripada menonton di bioskop.
Robert Pattinson Bukan Jaminan Box Office
Robert Pattinson memang aktor berbakat, tapi sayangnya, namanya belum cukup kuat untuk menarik penonton dalam jumlah besar di film non-franchise. Dalam proyek seperti “Twilight” atau “The Batman,” dia sukses besar karena sudah ada basis penggemar yang kuat. Namun, ketika membintangi film seperti “Mickey 17,” daya tariknya tidak cukup untuk mendongkrak angka penjualan tiket secara signifikan.
Kesimpulan: “Mickey 17” adalah contoh nyata betapa sulitnya membuat film orisinal sukses di era film franchise seperti sekarang. Meskipun memiliki sutradara kelas dunia, aktor ternama, dan premis menarik, film ini tetap kesulitan di pasar. Apakah ini akan menjadi pelajaran bagi Hollywood agar lebih bijak dalam mengelola anggaran? Kita tunggu saja perkembangan selanjutnya.